Syahdan, seorang putra mahkota bertanya kepada gurunya bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Sang guru meminta putra mahkota untuk pergi dan berdiam disebuah hutan selama satu tahun, setelah itu putra mahkota menceritakan kepadanya apa saja yang didengarnya di hutan selama masa itu. Maka berangkatlah putra mahkota dan berdiam disana selama satu tahun. Sekembalinya dari hutan, putra mahkota serta merta menceritakan bahwa ia telah mendengar burung-burung berkicau, gemerisik dedaunan, desis ular, deru angin, derik jangkrik dan banyak lagi suara rimba.
Selesainya putra mahkota bercerita, serta merta sang guru menyuruhnya kembali ke hutan dengan pesan untuk lebih mendengarkan suara lainnya. Putra mahkota agak bingung dengan pesan gurunya itu, apakah tidak semua suara hutan yang telah ia dengar? Siang dan malam putra mahkota duduk menyendiri di hutan sambil mendengarkan, tetapi, tidak satupun suara baru yang ia tangkap, selain suara yang telah ia dengar sebelumnya.
Akhirnya pada suatu pagi, ketika ia duduk dibawah pohon, putra mahkota mulai menangkap sayup-sayup suara yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Setelah berkonsentrasi, suara itu terdengar lebih nyaring. Perasaan bahagia muncul dalam diri sang putra mahkota, “Inilah suara yang suara guru besarku inginkan agar aku mendengarkanya.”
Sekembalinya dari hutan, putra mahkota menemui sanga guru dan berkata, “Empu, setelah mempertajam “pendengaran”, maka saya dapat mendengar apa yang sebetulnya tidak terdengar. Saya dapat mendengar apa yang sebetulnya tidak terdengar. Saya dapat medengar suara berkembangnya kuncup bunga, suara sinar matahari memanasi bumi dan suara rumput meneguk air embun.”
Sang guru terkesan kemudian berkata, “mendengar yang sebetulnya tidak dapat terdengar adalah satu kemahiran yang mutlak harus dimiliki seorang pemimpin yang arif dan bijaksana . Hanya bila seorang pemimpin telah menguasai kemahiran mendengar suara hati nurani rakyat, mendengar perasaan mereka yang tak tersampaikan, kepedihan yang tidak diungkapkan, mendengar keluhan yang tidak terucap, maka pemimpin itu mengharapkan kepercayaan dari rakyatnya, karena ia bisa mengerti apa yang di butuhkan oleh mereka.
Kemunduran suatu Negara atau suatu organisasi terjadi bila para pemimpinya hanya mendengarkan suara yang menyengkan diri sendiri dan tidak berusaha menyelami hati sanubari rakyatanya atau bawahanya untuk mendengarkan pendapat, perasaan, keinginan mereka yang murni”.
1 comment:
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
Jika ya, silahkan kunjungi website kami www.kumpulbagi.com atau www.facebook.com/kumpulbagi/ untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Post a Comment